Ini
cerita tentang Sebuah kota kecil di Kalimantan Barat yang secara administrative
masuk kedalam Kabupaten Sintang yaitu Kota Sintang. Kota kecil yang Peta Rupa
Buminya sangat susah didapat, bahkan di dalam petanya pun hanya ada bagian
berwarna hijau semua yang artinya hutan. Secara astronomis Kota Sintang
terletak pada 0°00’00” LU - 0º10’30” LU dan 111º28’30” BT - 111º39’00” BT. Memiliki landscape yang unik yaitu
terletak dipertemuan dua sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
Dengan luas 277,05 km² dan
berjarak 397 km dari Kota Pontianak. Yups..saya harus menempuh perjalanan
semalaman dari Pontianak untuk sampai di Kota Sintang. Kebayang jauhnya setara
dengan jarak Bandung-Jogja.
Kepulangan
ku bukan untuk liburan atau sekedar pulang saja. Tapi untuk mengambil data
skripsi. Kebetulan skripsi ku tentang pemetaan Suku Melayu, dayak dan Etnis
Tionghoa di sana. Setelah hampir dua minggu dilapangan, wawancara dengan warga
setempat, foto-foto, dan belajar adat dan kebudayaan disana. Saya akhirnya
mengunjungi Kesultanan Sintang. Banyak sekali barang sejarah yang sudah berumur
ratusan tahun di sana. Bahkan di halaman istananya ada meriam yang dibuat tahun
1810 (kebayang dong tuanya..).
Hantaran Patih Logender |
tapi saya merasa sangat tertarik dengan patung
Garuda yang ada didalam sebuah kaca serta seperangkat gamelan dan gong. Padahal
gamelan kan kebudayaan Jawa kenapa bisa berada di Sintang.
Berbincang-bincanglah dengan tetua yang ada disana. Saya baru tahu kalau patung
garuda tersebut adalah patung yang di gunakan Sultan Hamid II untuk mendesain
Lambang Garuda Pancasila.
Keraton Sintang |
Kemudian
rasa penasaran mengantarkan saya untuk googling beberapa artikel tentang
lambang Negara. Selama saya sekolah didalam buku sejarah tidak pernah
menyebutkan nama Sultan hamid II. Padahal beliau adalah orang yang mendesain
lambang Garuda. Kenapa sejarah tidak mencatat namanya karena beliau dianggap
pemberontak. Tapi sebagai orang Kalimantan Barat saya merasa bangga dan
mengganggap beliau adalah seorang pahlawan besar. Sultan Hamid II adalah raja
Kesultanan Pontianak. Dari beberapa artikel yang saya baca beliau adalah orang
yang sangat cerdas. Sayang sekali namanya tidak pernah di kenang.
Pertemuan Sungai Kapuas dan Melawi |
Kembali
ke patung Garuda yang ada di kesultanan Sintang. Patung tersebut di buat pada
masa pemerintahan Ade Muhammad Noeh Pangeran Ratu Ahmad kamarrudin memerintah
tahun 1796-1822. Resmi dipakai sebagai lambang kerajaan Sintang tahun 1807.
Patung tersebut diukir oleh seniman Dayak yaitu Suta Manggala. Terinspirasi
gantungan gamelan hantaran Patih Logender (seorang patih dari Majapahit) untuk
Putri Dara Juanti (putri kerajaan Sintang) tahun 1385 M. ada kesalahan
dibeberapa artikel bahwa lambang tersebut merupakan lambang Kesultanan
Pontianak. Padahal pada tahun 1950 Sultan Hamid II berkunjung ke Keraton
Sintang dan meminjam patung tersebut. Jadi patung tersebut memang milik
Kesultanan Sintang yang kemudian mengilhami Sultah Hamid II dalam merancang
lambang Negara.
Meriam yang Tua |
Beberapa
cerita yang saya baca, sebelum meninggal Sultan Hamid II berpesan kepada keluarganya
untuk tidak memasang lambang Garuda sebelum ada yang mengakui kalau itu adalah
hasil karyanya. Demikianlah cerita dari Kota kecil yang mengilhami pembuatan
lambang Negara Indonesia. Dengan cerita ini semoga bisa mengilhami betapa
pentingnya menghargai karya sesorang.
0 komentar:
Posting Komentar