Di beberapa negara di Eropa pertemuan antara dua sungai besar bisa menjadi atraksi wisata yang menarik. Ada yang membiarkanya secara alami dan ada yang menata pertemuan tersebut dengan penataan hasil karya manusia yang indah. Berbeda dengan pertemuan dua sungai besar di Kalimantan Barat tepatnya di Kota Sintang. Pertemuan antara Sungai Kapuas dan Sungai Melawi ini oleh masyarakat setempat disebut Saka Tiga yang dalam bahasa Melayu Sintang dapat diartikan bercabang tiga. Saka Tiga disini tidak di jadikan sebagai suatu atraksi melainkan sebagai tempat yang mengandung mistis.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat yang di dominasi oleh Suku Melayu dan Dayak ini, Saka Tiga merupakan tempat atau kerajaan mahluk-mahluk mistis penunggu sungai yang katanya berwujud naga yang di sebut Puaka. Jadi ketika perahu atau ketingting yang lewat disana harus berhati-hati dan tidak boleh sembarangan karena takut terkena Tulah atau Pamali. Kota Sintang yang merupakan daerah yang rutin terkena banjir karena berupa dataran fluvial. Karena seringnya terkena banjir masyarakat disana memiliki ritual Buang-Buang dan ritual Umpan Benua yang di lakukan di Saka Tiga. Kedua ritual ini memiliki fungsi yang sama yaitu memberi makan atau sedekah terhadap mahluk yang diyakini menguasai sungai. Bedanya hanya pada sesajennya saja. Ritual buang-buang sesajennya sedikit berupa ayam panggang, rokok, beras, sirih, kue adat, dan beras kuning. Sedangkan Ritual Umpan Benua sesajennya biasa di tambah kepala kerbau atau kepala sapi. Ritual buang-buang biasanya dilakukan oleh masyarakat biasa jika ada hal yang tidak mengenakan terjadi yang berhubungan dengan sungai. Sedangkan ritual umpan benua di lakukan oleh keluarga kerajaan atau pemerintah setempat ketika ada bencana banjir yang tak kunjung usai. Masyarakat disana percaya jika tidak di lakukan salah satu dari ritual tersebut maka Sungai Kapuas atau Sungai Melawi akan meminta korban manusia. Beruntunglah saya ketika berkunjung ke sana dapat menyaksikan prosesi langsung ritual buang-buang. Dari melihat dan mendengarkan tetua pada ritual ini saya jadi mengerti bagaimana ritual tersebut dimaksudkan untuk menghormati antar mahluk ciptaan Tuhan, baik yang tampak maupun tidak. Tradisi ini sebenarnya dapat dijadikan suatu atraksi wisata dengan mengadakan festival Umpan Benua atau buang-buang. Seperti festival-festival lain di wilayah Nusantara yang dapat menarik minat wisatawan seperti Festival Teluk Jailolo atau Festival Berkat Laut di berbagai daerah pantai di Jawa Barat.About me
I Love Travelling, Take a picture, Writing everything, cooking, and listening music every day
Popular Posts
-
Masih ingat nggak video clip ungu yang demi waktu. yang syuting nya di kuburan-kuburan gaya Eropa gitu.Katanya sih itu di Indonesia lho.Yups...
-
Aku ingin berbagi sedikit pengalaman nih mengenai rambut…. Kalau kita fikir perawatan rambut cukup pakai sampo aja…oh BIG NO NO.. Sa...
-
Main ke Lombok nggak sah kalau nggak nyobain air awet muda.Katanya sih bisa bikin orang awet muda.Tapi aku sih percaya aja.Kan sesuatu yang...
-
Taraaaaaa....di Jawa Barat masih ada lho pantai yang bagus dan masih sepi. Ujung Genteng, kalau dari namanya sih unik gitu ya. waktu telp...
-
Ini ceritanya sepasang ABG hari minggu kemarin melepas rindu dan bosen jalan-jalan ke mall melulu. Soalnya dua ABG ini sedang LDR alias pac...
-
Selain menyukai pantainya yang indah, satu hal yang membuat saya tidak pernah bosan untuk mengeksplore Pulau Belitung adalah kulinernya. Sal...
-
Kali ini aku mau nulis tentang hal yang nggak ada hubungannya dengan travelling. Tapi sedikit nyambung sih ceritanya… Dua bulan lalu ...
-
Plang yang bikin ketawa Kalau singgah di Kota yang memiliki Tugu Khatulistiwa ini coba deh berburu kuliner khas dari Tionghoa nya. unt...
-
Di beberapa negara di Eropa pertemuan antara dua sungai besar bisa menjadi atraksi wisata yang menarik. Ada yang membiarkanya secara alami d...
-
Kali ini aku mau review kolam renang asik di kota Bandung. Awalnya liat-liat di instagram di sebuah akun yang ngeshare foto-foto tempat a...
0 komentar:
Posting Komentar